Selasa, 23 April 2019

Kota Madinah 2019

Siapa yang menolak rindu sama tempat ini? Hari pertama mendarat di kota ini sayang banget buat dilewatkan hanya untuk tidur setelah perjalanan udara yang kurang lebih memakan waktu 9-10 jam. Sejujurnya, ibadah di tanah suci yang kedua ini menurut saya lebih maksimal dibandingkan yang pertama kali.

Waktu ibadah pertama kali saya bersama Mama, mungkin karena bersama-sama orang tua jadi masih manja. Masih suka ngeluh, sedikit-sedikit ini-itu. Karena kali ini sama kakak, gengsi dong mau ngeluh-ngeluh ya kan, malahan setiap sholat pasti di dalam masjid, nggak di pelataran (kecuali sholat Jumat).

Gimana bisa sholat di dalam masjid terus-terusan? Ya itikaf, kalo nggak datang lebih awal.

Berhubung kali ini rombongan keluarga sama yang muda-muda aja, jadi bisa jalan-jalan sendiri kemana pun percaya diri gak mesti khawatir yang tua-tua bakal capek. Awalnya mau ke museum rumah Rasulullah, ternyata lagi dibongkar dan direnovasi, beralih kita ke museum Qur’an. Namanya The Holy Qur’an Madinatul-Munawarah.

Baru ini banget pergi kesana, pertama sampai di gerbang kayak langsung disambut super hangat sama yang jaga orang Arab, begitu masuk disambut lagi dengan baik sama guidenya yang ternyata dari Indo. Makin tertarik, ternyata sudah lebih dulu dimulai tournya karena ada rombongan jamaah travel lain, yang memandu juga masih muda, dari Indo juga, beruntung mungkin ya saya sekeluarga bisa pilih hari itu, gak tahu jadwal juga pas banget guidenya orang Indo jadi bisa dengerin dan gak roaming. Kok bisa ada orang Indo di museum Qur’an? Kurang tahu sih, cuma dari yang saya baca-baca di internet memang sebagian ada mahasiswa S2 dari Indo yang lagi belajar di Universitas Madinah, entah itu bagian dari pelajarannya atau gimana kurang paham, barangkali ada yang tahu atau yang memang berkecimpung langsung bisa komen di bawah ya :)).

Lalu dan kemudian, sekitar 15-20 menit disana, kita lanjut ke masjid Nabawi yang deket banget sama Kubah Hijau. Jadi hotel tempat kita tinggal itu ada di gate 16, dimana masjid asli Nabawi itu dimulai dari gate 1. Otomatis gak bisa lihat dari luar secara dekat Kubah Hijaunya dari arah hotel kita, karena sekalian jalan dari museum Qur’an akhirnya bisa foto dari dekat sama Kubah Hijau. Selama ini Kubah Hijaunya cuma bisa dilihat dari dalam Raudah aja, hehe.

Sejujurnya pengen punya pengalaman buat ibadah Umroh dulu baru ziarah ke Madinah, tapi kesempatan dua-duanya dapat yang ke Madinah dulu baru ke Mekkah. Nggak papa ya, disyukuri aja. Ibadah di Madinah itu lebih santai, lebih gak grusa-grusu, suasananya lebih ‘adem’. Karena kalau di Mekkah itu bener-bener orang-orang kayak berkompetisi banyak-banyakkan beribadah, memang itu tujuannya, karena sayang banget kan sampai di Mekkah itu harus semaksimal mungkin.

Harapan saya, semoga di tahun berikutnya saya bisa ibadah ke Mekkah dulu baru ke Madinah sama orang-orang tersayang juga.
Share:

Selasa, 01 Januari 2019

2.0.1.9

Happy new year teman-teman semua..
Nggak kerasa ya, cepet banget tahun baru lagi.

Apa sih yang saya harapkan di tahun ini?
Seperti kebanyakkan orang-orang kok, new year, new me.

Jujur, saya ingin kehidupan yang lebih baik dari kemarin-kemarin. Dimulai dari kepribadian saya yang kurang-kurang mungkin bisa dirubah lebih baik secara perlahan. Lingkungan saya, pekerjaan saya (yang tahun-tahun lalu menjadi bulanan saya untuk saya caci maki di ig stories--saking saya penatnya).

Ada banyakk hal yang harus saya rubah.

Tapi, saya merasa ada yang ganjil. Karena saya tahu pikiran saya mengharapkan banyak hal yang harus saya ubah, namun hati saya berpikir lain. Di awal tahun ini, saya lebih berperasaan "ah.. ya udah lah. Jalanin aja."

Mungkin kalau boleh dibilang, saya hendak mentargetkan sesuatu tetapi tidak seambisius biasanya. Kadang, keambisiusan saya merugikan. Jujur saja, ketika satu hal tidak berjalan mulus, saya mudah stress dan berpikir jangka panjang yang kurang berfaedah.

Makin kesini, makin sadar udah bukan anak-anak lagi, cara berpikir harus dirubah. Boleh kita fokus dengan target tapi jangan terlalu berambisi. Karena kalau tidak tepat sasaran lagi-lagi harus kecewa.

Entahlah.. intinya saya cuma mau berbagi kalau tahun 2019 saya punya target tapi saya rubah cara pandang saya juga cara kerja saya.

Do more.

Selamat berjuang, semoga yang dicita-citakan bisa tercapai tahun ini.


-El-
Share:

Minggu, 28 Oktober 2018

Cerita Lalu part. 1

"Sekitar setahun yang lalu waktu itu saya sedang menghabiskan liburan bersama keluarga di sebuah hotel dalam kota. Bersama keluarga kecil kakak saya beserta anak-anaknya kami pun bermalam. Hotel tersebut bisa dibilang saksi hidup saya dan dua saudara kandung saya tumbuh. Waktu kecil, orang tua seringkali mengajak anak-anaknya berlibur ke hotel dalam kota, salah satunya hotel itu, jadi tidak heran bila saya juga memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi pada hotel tersebut.

Singkat cerita, tidak seperti saat-saat sebelumnya, saya ini tipe orang yang malas mandi sebelum breakfast di hotel, hehe..tapi di hari itu entah kenapa saya mandi lebih dulu kemudian juga merias diri. Sesampainya di restoran, saya hanya makan seperti biasa, menyuapi dua keponakan yang sama-sama selalu ramai, menunggu antrian croissant favorit saya dan berlalu waktu sarapan. Saya masih duduk di suatu meja di restoran, sembari menggendong salah satu keponakan saya yang tertidur. Kemudian kedua mata saya terfokus pada satu orang yang masuk ke dalam resto. Tentu dari penampilannya dia seperti habis bangun tidur, hanya mengenakan kaos dan celana pendek gemas, tidak saya lupa dia juga berkacamata dengan rambut yang masih acak-acakan.

Aneh saya rasa, kenapa waktu itu fokus saya menuju pada orang tersebut yang tidak saya kenal. Tapi waktu terus berlalu dan tidak ada apapun yang terjadi.

Beberapa bulan kemudian, saya tengah mengantarkan orang tua perjalanan bisnis dengan menggunakan pesawat. Karena penerbangan pagi dan saya mengantarkan sampai bandara saja, saya memutuskan tidak mandi dan hanya berganti baju. Saya menunggu di dalam bandara sampai orang tua saya masuk ke counter check in. Sambil berlalu saya duduk di tempat yang disediakan di dalam bandara. Lagi-lagi mata saya terfokus pada seseorang yang tengah terburu-buru, sambil menarik koper silvernya, mengenakan jaket kulit berwarna hitam dan sepatu nik* hitamnya Ia berjalan menuju salah satu counter check in khusus. Ternyata seseorang itu adalah orang yang sama saat saya melihatnya di hotel kala itu. Perbedaan yang menyolok adalah tampilannya kala itu rapi, sedangkan saya kebalikannya pakaian seadanya dan belum mandi. Takdir dan waktu terkadang menggelikan dengan menyajikan kisah seperti ini. Tapi waktu terus berlalu dan tidak ada apapun yang terjadi.."

-unknown-
Share:

Jumat, 26 Oktober 2018

Menghadapi Ujian dan Kesementaraan Dunia.

Dunia memang hanya sementara. Hal-hal yang ada di dalamnya pun demikian. Banyak hal yang membuat saya termenung, terjadi dalam 2 tahun belakangan ini.

Manusia. Menjadi seorang manusia adalah anugrah, karena dibekali akal sehat dan termasuk golongan tertinggi yang diciptakan Allah untuk menyempurnakan isi Bumi. Tapi ingat, semua ini hanya sementara.

Belakangan saya diberi ujian yang amat berat untuk saya tanggung sendirian. Dan ujian-ujian ini bermunculan selama 2 tahun. Kenapa saya mengatakan sendirian? Karena saya memang benar-benar merasa sendiri. Keluarga yang tadinya sangat saya percaya, pada akhirnya membuka mata saya bahwa tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa dipercaya. Karena harafianya kita memang tidak boleh mempercayai siapapun selain Allah.

Saya sadar, ujian-ujian ini bermunculan tiada henti untuk memperbaiki karakter diri saya. Bagaimana saya menghadapinya sendirian, bagaimana jalan keluarnya, bagaimana saya mengambil keputusan sendiri tanpa campur tangan orang lain. Mungkin alam semesta mulai ingin saya bergerak dari zona nyaman.

Ujian-ujian yang saya hadapi tidak semuanya saya selesaikan dengan baik-baik. Mengingat karakter saya yang keras kepala, semaunya sendiri dan susah mengambil keputusan sendiri, semakin membuat keadaan runyam.

Saya sendiri. Saya yang sekarang tidak seperti dulu, punya banyak teman untuk berbagi cerita, punya orang tua yang tadinya saya pikir bisa dipercaya nyatanya tidak 100% demikian. Saya bukannya mengajarkan untuk jangan percaya kepada orang tua, hanya saja sebagai manusia, setidaknya kita harus punya nyali untuk menyampaikan pendapat dan mengambil keputusan.

Di tengah huru-hara tekanan batin dan pikiran ini, kemudian saya teringat. Saya lahir sendirian, hidup di dunia ini sendirian karena yang lain hanya singgah, mati pun saya sendirian. Mungkin ada maksud di balik semua ini, bahwa saya harus mandiri, lebih mandiri lagi dibandingkan sekarang. Tidak menggantungkan nasib pada orang lain, sekalipun itu orang tua saya sendiri.

Percaya tidak percaya, saya sampai ingin sekali pergi ke psikiater. Saya ingin bertukar pikiran, saya ingin menceritakan semua yang saya rasakan dan saya butuh solusi dari kacamata orang lain. Saya pikir lagi, Allah tidak akan memberikan ujian ini selain Allah percaya saya bisa menghadapi dan melewatinya. Saya yakin, ujian-ujian ini hanya sementara dan pasti akan ada ujungnya. Meskipun sementara itu memakan waktu bertahun-tahun, semoga Allah masih tetap setia menggenggam jiwa saya untuk bisa tetap kuat dan terus menaruh percaya padaNya, sampai pelangi kembali muncul dalam kehidupan saya..
Share:

Jumat, 22 Juni 2018

Jadi, kita bertemu kembali?

"Cukup susah aku mengingatmu. Karena kamu yang tiba-tiba datang sesuka hatimu, dimulai saat pertama kalinya kamu muncul di mimpiku.

Aku kira kamu adalah pengharapan besarku selama ini. Karena kemunculanmu itu membuatku mengerti sesosok makhluk yang kusebut selalu di setiap doaku.

Tahun demi tahun, kamu memang tidak melulu datang 'mengunjungi'ku. Ada kalanya disaat aku melamun sampai sesaat setelah aku mengadu padaNya.

Malam ini kamu kembali menyapaku. Datang dengan kharismamu, semakin ingin membuatku meminta padaNya agar bisa dipertemukan denganmu lebih sering.

Tepat pukul 00.00 kamu kembali menyapaku.

Semoga memang ini maksudNya mempertemukanku kembali denganmu, supaya aku tidak bosan terus-menerus 'merengek' padaNya untuk bisa dipertemukan lagi denganmu.

Bukan hanya dalam pikiran, mimpi dan lamunan, tapi juga di dunia nyata.."

Share:

Selasa, 15 Mei 2018

Menulis Itu Susah.

Dulu di awal, saya pernah menjadi sebagian dari mereka yang menganggap bahwa menulis itu mudah. Kira-kira dari bangku sekolah dasar, saya sudah suka yang namanya membaca dan menulis (terutama menulis ya.) Karena dulu tujuannya untuk menulis nggak ngerti untuk siapa, akhirnya ya semacam diary lah.

Sampai suatu saat saking imajinatifnya saya, saya bikin surat, teruntuk suami di masa datang dan surat itu disimpan sama Eyang Kakung di Malang sampai detik ini. Katanya mau dikasih langsung sama suami saya nanti, wkwk.

Skip.

Lanjut sampai sekarang, diwadahi aplikasi wattpad, jadi tahu susahnya menulis. Dari masalah typo, bahasa, EYD, sampai ke permintaan untuk bisa terus update.

Dudu, jangan ditanya, udah sering dikomentarin pembaca supaya kalau nulis kudu banyak, kudu sering update, pokoknya semaunya pembaca lah.

Waktu itu pernah sekilas baca bio dari penulis lain yang bilang kira-kira begini: saya nulis bukan untuk memuaskan pembaca kok, senang ya baca, gak suka ya tinggalin.

Itu sih prinsip saya dari awal terjun di wattpad. Jangankan komentar, vote aja saya nggak berharap kok bakalan ada yang ngevote, eh sekarang followers udah 14K aja hehe, alhamdulillah.

Saat penulis idenya lagi buntu itu memang yang paling susah. Ternyata cari ide itu memang harus keluar kandang dulu, pergi keluar kota 3 hari, udah muncul aja cerita baru. Langsung dua pula.

Buat yang suka nongkrong di wattpad saya, siap-siap ya..
Share:

Minggu, 17 Desember 2017

Zaman Now

Di zaman now, kalian udah ngerasain perubahan yang gimana sih dibandingkan zaman dulu?

Contoh gampangnya, kalau dulu anak-anak SD mainannya mainan tradisional, zaman sekarang mainannya gadget.Tapi jangan keburu negthink dulu lah.. justru di zaman sekarang apa-apa mudah, gampang diakses.

Contoh lagi nih, ada aplikasi ojek online yang bisa dijangkau kemanapun dan dimanapun. Coba ya dulu zaman kuliah udah ada, gak perlu deh cari-cari tebengan temen hahaha.

Kenyataannya gak cuma satu-dua hal yang saya amati berubah. Perilaku manusianya pun makin berubah drastis. Tinggal kita pinter-pinternya aja menyikapi sih.

Dulu ya, orang kalau belum kenal deket itu pasti mau basa-basi kan suka sungkan, karena ngerasa gak kenal nih. Justru sekarang, orang yang gak kenal deket banget tapi BERASA kenal—padahal kita gak ngerasa yah—makin menjadi.

Waktu itu, saya sempat pelatihan dikirim sama kantor, yang kebetulan pesertanya bapak-bapak dan ibu-ibu, saya termuda disana. Saya berkesempatan satu kamar dengan seorang ibu dosen yang juga pengusaha.

For me, untuk kenal menjadi dekat itu butuh waktu ya. Karena saya ini introvert yang paling anti basa-basi jadi biasanya kalau udah kenal say hi biasa, namamu siapa namaku siapa, ya udah.. kelar. Waktu itu pelatihan berlangsung satu minggu penuh, saya merasa gak kenal terlalu baik dengan ibu tersebut untuk menceritakan hal pribadi.

Karena saya masih menjaga attitude, berusaha bersikap sopan, akhirnya saya harus membohongi diri sendiri, mencoba tertawa dengan luwes, menjawab pertanyaan ibu tersebut dengan sabar—kapan selesainya—dan lain-lain. Honestly, kalau pertanyaannya tidak seputar pribadi, saya akan menjawab dengan lantang. Tapi kalau pertanyaan pribadi dari orang yang tidak terlalu kenal, who r u?

Cerita lain lagi, kali ini sama mbak-mbak di salah satu bank. Karena saking seringnya transaksi ya, bahkan Bapak saya pun kenal karena sering minta tolong antrian dsb. Ya..bisa dibilang sudah familiar dan cukup akrab. Tapi, tidak dalam tahap sedekat itu untuk bertanya pertanyaan pribadi, seperti:

“Kapan menikah?”, “Calonnya orang mana?”

For God sake. Bahkan orang tua saya yang setiap hari dirumah ketemu, nggak pernah nanya hal begitu. Karena apa? Karena menghargai pribadi saya!

Saya suka heran sama orang-orang yang seneng kepo pribadi orang lain. Kenapa sih? Seperti hidup orang lain itu menarik banget dari hidup sendiri buat dibicarain? Why oh why..

Hmm.. butuh riset gak? Hahaha

Sabar aja wis mbak.. magic yang harus saya ucap di dalam hati.

Kadang gini yah..kita gak ngerti lho sama apa yang bakal terjadi 3 bulan ke depan.

We’ll see..
Share:
Diberdayakan oleh Blogger.